Selamat datang..

Selamat datang di blog ini, silahkan menelusuri info2 yang ada, walaupun apa adanya. Semoga bermanfaat...thank's, matur nuwun..

Cari Blog Ini

Laman

Selasa, 22 Maret 2011

J A W A S U R I N A M E

Pertunjukan Wayang di Suriname
  
Suku Jawa sudah berada di Suriname sejak akhir abad ke-19, di mana angkatan pertamanya dibawa oleh kolonis Belanda dari Hindia-Belanda (sekarang Indonesia). Sebagian keturunan mereka ada yang tinggal di Belanda. Sampai sekarang, mereka tetap menuturkan bahasa Jawa.
 Sejarah
Adanya orang Jawa di Suriname ini tak dapat dilepaskan dari adanya perkebunan-perkebunan yang dibuka di sana. Karena tak diperbolehkannya perbudakan di sana, dan orang-orang keturunan Afrika dibebaskan dari perbudakan. Di akhir 1800-an Belanda mulai mendatangkan para kuli kontrak asal Jawa, India dan Tiongkok. Orang Jawa awalnya ditempatkan di Suriname tahun 1880-an dan dipekerjakan di perkebunan gula dan kayu yang banyak di daerah Suriname.

Orang Jawa tiba di Suriname dengan banyak cara, namun banyak yang dipaksa atau diculik dari desa-desa. Tak hanya orang Jawa yang dibawa, namun juga ada orang-orang Madura, Sunda, Batak, dan daerah lain yang keturunannya menjadi orang Jawa semua di sana.

Orang Jawa menyebar di Suriname, sehingga ada desa bernama Tamanredjo dan Tamansari. Ada pula yang berkumpul di Mariënburg. Orang Jawa Suriname sesungguhnya tetap ada kerabat di Tanah Jawa walau hidupnya jauh terpisah samudra, itu sebabnya bahasa Jawa tetap lestari di daerah Suriname. Mengetahui Indonesia sudah 'merdeka', banyak orang Jawa yang berpunya kembali ke Indonesia. Kemudian, di tahun 1975 saat Suriname merdeka dari Belanda, orang-orang yang termasuk orang Jawa diberi pilihan, tetap di Suriname atau ikut pindah ke Belanda. Banyak orang Jawa akhirnya pindah ke Belanda, dan lainnya tetap di Suriname. Rata-rata orang Jawa Suriname beragama Islam, walau ada sedikit yang beragama lain.

Yang unik dari orang Jawa Suriname ini, dilarang menikah dengan anak cucu orang sekapal atau satu kerabat. Jadi orang sekapal yang dibawa ke Suriname itu sudah dianggap bersaudara dan anak cucunya dilarang saling menikah.

Orang Jawa Suriname berjumlah sampai 15% penduduk Suriname.

Download:
Mengintip sejarah orang-orang Jawa di Suriname.pdf dari www.banyumili.com, Reinier Kromopawiro seorang Jawa Suriname.

referenced from Wikipedia


foto dari Wikipedia

Kurang lebih 33,000 orang Jawa Tengah dan Timur diangkut ke Suriname pada tahun 1890 - 1939 dengan janji manis bahwa mereka bisa menjadi kaya sepulangnya dari sana, padahal kenyataannya mereka menjadi kuli kontrak selama lima tahun di perkebunan tebu dan coklat. Setelah selesai masa kontrak orang-orang Jawa ini terlalu malu dan miskin untuk pulang dan akhirnya menetap disana dan saling menikah.

Dalam masa-masa sulit kesatuan dan kekerabatan orang Jawa dipertahankan melalui tradisi. Selamatan dan upacara tradisi seperti sunatan, mitoni, pernikahan, hari-hari peringatan kematian terus dilakukan. Peringatan kematian masih terus dilakukan hingga satu, dua tahun dan satu windunya.

Upacara bersih desa yang dipersembahkan untuk Dewi Sri diselenggarakan selama musim panen padi. Dalam upacara ini dilakukan pagelaran wayang kulit. Wayang kulit dan gamelan yang digunakan diturunkan dari generasi ke generasi, dan sudah tidak ada orang yang bisa membuatnya lagi.

Sekarang orang keturunan Jawa (70,000 jiwa) di Suriname menjadi etnis keempat terbesar setelah Creole (campuran belanda dan afrika), hindustan (India) dan marun (afrika). Suriname sendiri merupakan negara dengan keberagaman yang tertinggi di dunia. Etnis yang ada di negara itu meliputi Creole, India, Jawa, Marun (Afrika), Cina, Indian amerika, Lebanon, dan Brazil. Agama yang tercatat meliputi kristen, hindu, islam, winti, dan berbagai keyakinan asli yang belum diberi nama. Negeri ini juga adalah contoh negara yang sangat toleran terhadap perbedaan.

Mesjid Ahmadiyah Keizerstraat ini berbagi tempat parkir dengan Neveh Shalom Sinagog, Paramaribo. Sumber H. van de Moosdijk

Keyakinan Islam orang Jawa di Suriname tidak sama dengan yang dipraktekan orang islam di Jawa sekarang. Islam ini lebih bercampur dengan Kejawen. Ketika orang Jawa ini tiba di Suriname mereka membuat mesjid menghadap ke barat, sesuai dengan yang biasa dilakukan ketika di Jawa. Ketika orang islam reformis tiba di sana, mereka membuat mesjid menghadap ke timur, yang lebih tepat karena menghadap ke Mekkah. Sehingga muslim disana terbagi menjadi aliran barat (Jawa) / wong madep ngulon dan aliran timur (India dan orang jawa reformis). Kaum reformis ini juga menentang Selametan dan Tayub.


Mesjid Jawa di Suriname (Foto oleh Arnoud Ross)


Barangkali bisa dibuat kesimpulan bahwa agama islam dan tradisi di pulau Jawa pada abad ke 19 adalah kurang lebih sama seperti yang masih dipraktekkan orang jawa di Suriname. Hilang kontak dengan pulau Jawa menjadikan pengetahuan dan tradisi yang dipraktekkan tidak berkembang secara sama dan sebangun dengan yang ada di Jawa, menjadikan mereka contoh hidup kebudayaaan Jawa abad 19, kurang lebihnya.

Sayang sekali dimasa sekarang para generasi muda Jawa di Suriname sudah mulai meninggalkan tradisi Jawa ini, lebih memilih tradisi praktis modern. Sudah jarang yang bisa berbahasa Jawa.

referenced from kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar