Selamat datang..

Selamat datang di blog ini, silahkan menelusuri info2 yang ada, walaupun apa adanya. Semoga bermanfaat...thank's, matur nuwun..

Cari Blog Ini

Laman

Senin, 30 Mei 2011

Puluhan Spesies Baru Ditemukan di Gunung Foja, Papua, Indonesia

 

Burung merpati tiga warna, spesies baru yang ditemukan di gunung Foja, Papua

Menemukan spesies binatang baru merupakan hal istimewa bagi ilmuwan. Hal itu dialami salah seorang oleh tim peneliti internasional  ketika berkemah di gunung Foja, Indonesia yaitu seorang herpetologist, Paul Oliver yang melihat seekor katak duduk di sebuah tas berisi beras di lokasi perkembahan.
Setelah diamati, katak tersebut adalah tipe hidung panjang yang belum pernah diketahui sebelumnya. Ketika katak itu bersuara, hidungnya maju ke depan namun akan memendek ketika binatang tersebut tidak aktif.
“Kami semua sedang duduk bersama untuk makan siang,” ujar Ornithologis, Chris Milensky. Kemudian, tutur Chris, Oliver melihat ke bawah dan katak kecil itu berada diatas tas beras dan dia segera menangkapnya.
“Oliver memiliki refleks yang bagus. Dia juga menangkap tokek, dia berhasil loncat dan menangkapnya dari pohon,” ujar Chris.
Selain itu, para ilmuwan juga melaporkan penemuan spesies kangguru terkecil, tikus raksasa dengan bulu tebal, burung merpati tiga warna dan tokek bermata kuning dengan bentuk unik.
Gunung Foja berada di bagian barat kepulauan Papua, bagian dari Indonesia yang masih sedikit dikunjungi oleh para ilmuwan dalam beberapa tahun terakhir. Kelompok konservasi internasional atau Conservation International dengan dukungan dari National Geographic Society dan Smithsonian Institution mulai menyelidiki kawasan tersebut.
Hasilnya, ekspedisi tersebut diumumkan Senin (17/5). Milensky mengatakan ekspedisi tersebut sangat sulit. “Di sana sangat basah, hujan deras setiap hari. Lokasi perkemahan berubah menjadi tanah berlumpur,” ujarnya.
Kurator mamalia dari Smithsonian National Museum of Natural History mengatakan, salah satu binatang yang memukau yang diamati oleh peneliti adalah spesies kanguru langka yang berwarna keemasan yang hidup di pohon.
Sebagian orang berpikir, kanguru adalah binatang yang hidup di daratan Australia, namun kanguru yang satu itu telah beradaptasi dengan kehidupan di hutan. “Binatang itu bisa meloncat dan berjalan cepat di atas pohon. Namun, di tanah dia akan meloncat seperti kanguru,” ujar Helgen.
Helgen juga mengutarakan penemuan mengenai spesias kanguru terkecil yang mungkin pernah ditemukan yaitu walabi mungil yang beradaptasi hidup di hutan.
Diketahui Papua dan Australia dulu merupakan wilayah yang sama dengan bentuk kehidupan yang sama, namun kemudian masing-masing penghuninya beradaptasi dengan kondisi saat ini.
Peneliti juga merasa terkejut ketika seorang ornithologist, Neville Kemp melihat sepasang merpati yang memiliki bulu yang berbeda di tiap bagian tubuhnya yaitu abu-abu, putih dan warna lain. Selain itu juga ditemukan lusinan jenis serangga baru.
Penelitian itu juga melibatkan ilmuwan Indonesia sebagai bagian dari Conservation International Rapid Assessment Program, yang menugaskan para tim peneliti untuk menghabiskan waktu selama 3-4 minggu untuk meneliti mengenai kehidupan biologi di kawasan tertentu.
Berbagai gambar dan hasil penelitian itu juga ditayangkan pada majalah National Geographic edisi Juni.
“Sementara binatang-binatang dan tumbuhan mulai punah di seluruh dunia, di sebuah tempat yang tidak pernah terlihat selama jutaan tahun, penemuan itu merupakan bentuk kehidupaan yang memukau juga sebagai kabar positif,” ujar Bruce Beehler, Peneliti sekaligus ilmuwan senior sekaligus partisipan eksplorasi tersebut dalam sebuah penyataan.
“Tempat semacam ini mewakili masa depan yang sehat untuk semua orang dan menunjukkan tidak ada kata terlambat untuk menghentikan semakin banyaknya spesies yang punah,” pungkasnya.

Sumber: Republika & National Geographic

Rabu, 25 Mei 2011

BANGAU SPESIES LANGKA DITEMUKAN DI KETAPANG

Bangau Hutan Rawa
Habitatnya Tergusur Lahan Sawit

Bagaimana nasibnya? siapa yang peduli? manusialah yang bertanggung jawab termasuk saya dan Saudara-saudara. Katanya Indonesia kaya akan alamnya, tapi justru kekayaan alam berupa satwa khususnya di Kalimantan ini malah hampir punah, malah habitatnya tergusur oleh proyek lahan perkebunan yang tentunya mendapat restu dari pemerintah juga..
Pasti tidak hanya spesies ini yang terancam punah karena tergusurnya habitat, pasti  banyak spesies lain yang ikut punah..bayangkan aja..habitatnya, pohon-pohan dan hutan tergusur tercabut sampai akar-akarnya...lebih kejam dari penebangan liar...

Burung Bangau spesies Ciconea stormi masuk kategori langka dan hampir punah


Burung bangau langka dari spesies Ciconea stormi ditemukan di Desa Pematang Gadung, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Ketapang. Populasinya sudah semakin sedikit karena banyaknya hutan rawa yang sudah beralih fungsi ke tanaman perkebunan sawit dan lainnya.


Bangau langka spesies Ciconea stormi ditemukan oleh Kawan Burung Ketapang (KBK), komunitas pencinta burung setempat. Lokasinya di sekitar rawa Danau Perendaman, yang letaknya sekitar setengah jam perjalanan dari Desa Pematang Gadung apabila menggunakan transportasi speedboad (kapal cepat).

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Ketapang, Yudo Sudarto, burung tersebut termasuk burung langka, spesies yang mulai punah.

Jumlah individu burung tersebut diperkirakan hanya tinggal sekitar 500 ekor di seluruh dunia. Status burung ini DILINDUNGI.

“Namun sayang habitat burung ini sudah terhimpit oleh kawasan pertambangan rakyat, daerah perkebunan sawit, dan pemukiman transmigrasi,” kata Yudo.

International Union for Conservation of Nature (IUCN) atau Internasional Uni Konservasi Alam, mengelompokkannya ke dalam status “GENTING” atau “Endangered/EN” (terancam punah).

Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931-PP Nomor 7 Tahun 1999, di Sumatera diperkirakan hanya terdapat 150 ekor yang tersisa.

Menurut Abdurachman Alkadri, burung jenis ini juga terdapat di Taman Nasional Danau Sentarum yang sebagian memang termasuk kawasan danau dan rawa.

Bangau hutan rawa (Ciconea stormi) juga merupakan logo dari Taman Nasional Danau Sentaru Kalimantan Barat. Mereka hidup di hutan primer dan dataran rendah, hutan awet hijau dan hutan rawa air tawar, danau kecil oxbow. Biasanya mereka hidup soliter ata membentuk kelompok kecil.

Menurut Abdurachman, burung bangau yang ditemukan belum dewasa, kaki masih terbungkus warna putih, dan paruh belum merah sebagaimana mestinya.
Sedangkan bangau dewasa berukuran besar, panjangnya mencapai 80 sentimeter. Bulunya dominan berwarna hitam dan putih dengan paruh merah yang sedikit melengkung ke atas.
Lebih spesifik lagi, bulu sayap, punggung, mahkota, dan dada berwarna hitam, sedangkan bulu pada tenggorokan, tengkuk, perut, dan ekor berwarna putih. Kulit mukanya berwarna semu merah jambu, sangat nyata saat berbiak.

Dari Wikipedia disebutkan, bangau adalah sebutan untuk burung dari keluarga Ciconiidae. Badan berukuran besar, berkaki panjang, berleher panjang namun lebih pendek dari burung kuntul, dan mempunyai paruh yang besar, kuat dan tebal.

Bangau bisa dijumpai di daerah beriklim hangat. Habitat di daerah yang lebih kering dibandingkan burung kuntul dan ibis. Makanan berupa katak, ikan, serangga, cacing, burung kecil, dan mamalia kecil dari lahan basah dan pantai.

Bangau tidak memiliki organ suara syrinx sehingga tidak bersuara. Paruh yang diadu dengan pasangannya merupakan cara berkomunikasi menggantikan suara panggilan.

Bangau merupakan burung pantai migran, terbang jauh dengan cara melayang memanfaatkan arus udara panas sehingga dapat menghemat tenaga.

Foto bangau yang sedang terbang oleh Ottomar Anscutz (1884) menjadi inspirasi Otto Lilienthal untuk membuat glider yang digunakan untuk terbang layang pada akhir abad 19.

Bangau berwarna putih (Ciconia ciconia) adalah lambang kota Den Haag di Belanda dan lambang tidak resmi negara Polandia yang memiliki 25 persen dari keseluruhan jenis bangau.

Dalam kebudayaan Barat, bangau digunakan sebagai lambang kelahiran bayi. Cerita tentang kelahiran bayi yang dibawa oleh burung bangau merupakan dongeng sebelum tidur dari negeri Belanda dan Jerman sebelah utara.

Bangau yang bersarang di atap rumah dipercaya sebagai keberuntungan dan penghuninya akan diberkahi kebahagiaan. 

Di jaman Victoria, di saat perbincangan mengenai fungsi reproduksi masih dianggap tabu, pertanyaan anak kecil tentang asal-usul kelahiran bayi dijawab dengan dongeng kedatangan bayi yang dibawa bangau.

Dalam kebudayaan populer, bangau sering digambarkan terbang membawa bayi beralaskan sehelai kain yang ujung-ujungnya terikat dan digantung pada paruh.


referenced from Tribun Pontianak, Selasa 24/05/2011, Antara, Wkpd

Rabu, 18 Mei 2011

Lagu-lagu Jawa Suriname dan Video Klipnya

Lagu-lagu Jawa? 
Anda sebagai orang Indonesia apalagi bagi anda sebagai orang Jawa pasti tidak asing lagi dengan lagu-lagu berbahasa Jawa.
Tetapi bagaimana dengan lagu-lagu Jawa Suriname? Suriname...? Pasti banyak yang bertanya-tanya, apa itu Suriname? Apakah itu suatu nama tempat? Di mana?
Suriname adalah nama sebuah negara di benua Amerika, tepatnya di Amerika Selatan, berbatasan langsung dengan negara Brasil di sebelah selatan dan laut Karibia di sebelah utara. Cukup jauh jaraknya dengan Pulau Jawa di Indonesia.

Kenapa bisa ada Jawa Suriname? Di sana memang terdapat banyak orang Jawa yang sampai sekarang masih menuturkan bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasi di antara mereka, selain bahasa Belanda sebagai bahasa nasional. Nenek moyang mereka memang orang-orang dari Pulau Jawa di Indonesia yang dikirim ke Guyana Belanda (Suriname) pada jaman pemerintahan Kolonial Belanda untuk menjadi kuli kontrak di sana (selengkapnya lihat Sejarah Jawa Suriname).

Bahkan di sana terdapat radio berbahasa Jawa dan suatu stasiun televisi bernama Garuda TV.
Sekarang banyak seniman musik berdarah Jawa di Suriname melestarikan bahasa Jawa lewat karya-karyanya, seperti lagu-lagu di bawah ini
 


Tresno Kowe, Chantal Karijosentono
Lagu ini berbahasa Jawa tetapi bercampur bahasa Belanda yang merupakan bahasa nasional Negara Suriname.






Ora Ono Liyo, Ilse Setroredjo
 


 Sexy Body, Kasimex House Band
        Penyanyinya dua orang, keturunan Jawa dan keturunan Afrika di Suriname.


Nrimo, Rosanna Samoen
Penyanyinya ireng manis..

Perkebunan dan Tambang Jepit Habitat Orang Utan

Seorang teman mengungkapkan keluh kesahnya kepada saya. Dia berkata begini: 
"Mas Semar, bagaimana ya sekarang nasib primata Orang Utan ya? Kok berita yang kudengar selalu terdesak aja habitatnya...kasihan memang..kayaknya kebanyakan orang gak peduli pada nasib sepupu manusia itu..bisa-bisa gak lama lagi Orang Utan yang cuma ada di Kalimantan dan Sumatera punah.."
Lalu aku jawab: "Knapa sampeyan kok peduli? Padahal sampeyan kan selama ini berperan aktif dalam pemusnahan habitat Orang Utan dan hewan-hewan lainnya..?"
Jawab dia: "Itulah Mas Semar, aku jadi merasa berdosa, aku sendiri sering masuk hutan yang lebat, aku pernah ketemu Orang Utan, Owa-owa, Tarsius, Kukang, dan macam-macam hewan yang langka. Bahkan aku yang survey dan memetakannya, eh gak lama hutan-hutan itu sudah digusur pake bulldoser dan eksavator.
Memang benar, teman saya tadi adalah seorang mantan Surveyor yang pernah bekerja di beberapa perusahaan perkebunan. Dia memilih meninggalkan pekerjaannya walaupun gajinya lumayan besar karena tidak tega melihat makhluk-makhluk  ciptaan Tuhan seperti Orangutan tersiksa.

Berikut artikel tentang semakin terdesaknya sepupu manusia, ORANG UTAN ini dari sebuah surat kabar harian lokal Kalimantan Barat, ditulis oleh Saudara Petrus Kanisius Pit seorang aktifis Yayasan Palung.

PERKEBUNAN DAN TAMBANG JEPIT HABITAT
DAGING ORANGUTAN DIKONSUMSI


Hasil survei yang dilakukan Yayasan Palung di beberapa desa Kecamatan Matan Hilir Selatan menunjukkan terancamnya habitat Orangutan akibat pembukaan areal perkebunan kelapa sawit dan pertambangan.

Desa Sungai Besar, Desa Sungai Pelang dan Desa Pematang Gadung merupakan habitat Orangutan yang termasuk wilayah yang sekarang telah menjadi areal perkebunan sawit dan pertambangan.

Hingga kini, Orangutan serta habitatnya terus mengalami ancaman. Sebagian besar hutan yang terdapat di beberapa desa di atas merupakan hutan rawa gambut dan menjadi tempat yang nyaman bagi Orangutan untuk tinggal.

Keberadaan Orangutan sebagai satu di antara satwa yang terancam punah sudah cukup memprihatinkan, terutama habitat dan populasi Orangutan yang berada di luar kawasan konservasi.

Ancaman terhadap habitat lebih disebabkan maraknya pembukaan areal perkebunan, pertambangan, pemukiman, dan illegal logging. Semakin besarnya kebutuhan masyarakat akan lahan pertanian dan perkebunan dengan sumber daya alam yang terbatas, maka semakin meningkat pula ancaman keberadaan dan kelangsungan Orangutan untuk hidup.

Artinya, semakin banyak aktifitas yang berkaitan langsung dengan habitat dan populasi Orangutan akan mengakibatkan semakin sempitnya habitat mereka. Orangutan juga kerap diburu untuk dikonsumsi (emang gak ada makanan lain???(smr)), dipelihara maupun diperdagangkan.

Posisi keterancaman Orangutan yang terus berlanjut sudah patut untuk mendapatkan perhatian lebih, dalam upaya perlindungannya, terutama Orangutan yang berada di alam bebas.

Berdasarkan investigasi yang dilakukan Yayasan Palung sejak 2004 hingga 2010 di Kecamatan Matan Hilir Selatan, terdapat 22 kasus kejahatan terhadap satwa yang dilindungi.

Sebanyak 22 kasus tersebut meliputi 14 kasus pemeliharaan Orangutan, empat kasus pemeliharaan Kelempiau (Owa-owa), dua kasus pemeliharaan Burung Enggang, satu kasus pemeliharaan Beruang Madu dan satu kasus pemeliharaan Bekantan.

Bahkan, berdasarkan catatan Yayasan Palung sejak 2004 hingga 2010 di Kecamatan Matan Hilir Selatan, terdapat 13 satwa dilindungi yang bisa diselamatkan yakni 12 Orangutan dan satu ekor Kelempiau.

Penyelamatan satwa dilindungi tersebut dilakukan baik melalui proses penyitaan maupun melalui proses penyerahan dari pemilik satwa. Proses penyelamatan satwa dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melalui Seksi Konservasi Wilayah 1 Ketapang dan dilakukan Polres Ketapang.

Jumat, 06 Mei 2011

Perubahan Iklim dan Kota-kota


Meski belum ada ilmu yang secara pasti mampu memprediksi efek dari perubahan iklim, kecenderungan yang ada lebih ke arah negatif. 

Temperatur yang lebih tinggi dapat menyebabkan beberapa kondisi cuaca yang lebih ekstrim seperti kekeringan, banjir badai, dan gelombang panas. 

Perubahan iklim juga dipercayai dapat menaikkan suhu permukaan laut serta menyebabkan pergantian pola hujan dan aliran sungai.

Dampak perubahan iklim akan terjadi pada hampir seluruh penduduk dunia dan walau ada yang akan memperoleh dampak positif, sebagian besar dampaknya cenderung negatif. Dampak negatif ini terutama akan lebih diraskan oleh kaum miskin karena mereka memiliki kerentanan yang tinggi akibat pemerintahan yang kurang baik dan infrastruktur yang kurang memadai.


Dampak perubahan iklim juga mungkin dapat memicu munculnya konflik dan ketidakstabilan politik.
  • Dari tahun 2000  hingga awal tahun 2008 terdapat 2.947 bencana alam yang terkait dengan cuaca
  • Kekurangan air mungkin akan menjadi masalah paling besar terkait dampak perubahan iklim. Masyarakat bahkan mungkin perlu melakukan migrasi melintasi batas negara untuk dapat memperoleh air dan makanan
 
Dengan 40% penduduk dunia tinggal dalam jarak 100 km dari pesisir, mereka lebih rentan akan bahaya badai, salah satu kondisi ekstrim yang dipercaya merupakan dampak dari perubahan iklim. Daerah pesisir merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga mengundang datangnya urbanisasi namun menyimpan permasalahan seperti abrasi, kenaikan permukaan laut, kontaminasi air laut, serta tentu saja badai yang lebih ekstrim. Dampak yang dirasakan oleh Indonesia dapat lebih besar lagi karena penduduk Indonesia yang tinggal dalam jarak 100 km dari pesisir berjumlah lebih dari 75% dari seluruh penduduk Indonesia.

            Berikut adalah beberapa fakta mengenai kota-kota pesisir di dunia dan kaitannya dengan dampak perubahan iklim:

  1. New Orleans, Amerika Serikat

Kota dataran rendah (low lying) ini terkena Badai Katrina yang dahsyat pada Agustus 2005. Badai ini menyebabkan banjir besar dan menimbulkan kerusakan hingga lebih dari 50 milyar dolar

  1. New York, Amerika Serikat


Kota New York yang berada persis di tepi laut menghadapi kemungkinan akan kenaikan permukaan laut yang dapat merusak sistem kereta bawah tanah, fasilitas sanitasi, pembangkit energi, dan pabrik-pabrik.

  1. Pelabuhan di kota-kota Jepang


Sebagai adaptasi terhadap kenaikan permukaan laut, pelabuhan-pelabuhan di Jepang perlu mengubah konstruksi agar tetap dapat berfungsi dan ini memerlukan biaya hingga 110 milyar dolar.

  1. Mumbai, India


Mumbai memiliki jumlah penduduk sejumlah 22,6 juta jiwa dengan kepadatan penduduk sangat tinggi. Tanpa adanya adaptasi, kenaikan satu meter permukaan laut akan mengancam sebagian besar wilayah Mumbai dan membahayakan jiwa penduduk kota.

  1. Venesia, Italia

Banjir yang lebih sering terjadi merusak struktur gedung-gedung di kota Venesia, banjir semakin parah seiring dengan meningkatnya permukaan air laut.

  1. Sukothai dan Ayuthayya, Thailand


Banjir bandang yang melanda Thailand telah membuat Sukothai yang merupakan ibu kota pertama Kerajaan Thailand rusak parah. Banjir juga merusak Ayuthayya yang merupakan ibu kota Thailand pada abad 14-18.
           
Sumber:
The State of The World Atlas, 2008
The Atlas of Climate Change, 2007

    Kamis, 05 Mei 2011

    10 Things You Can Do to Help Save the Earth




    Going green is easier than you think. 
    There are little things you can do every day to help reduce greenhouse gases and make a less harmful impact on the environment. Taking care of the Earth is not just a responsibility -- it's a privilege. ­In that spirit, HowStuffWorks came up with 10 things you can do to help save the Earth.

     1. Pay attention to how you use water.
      
    The little things can make a big difference. Every time you turn off the water while you're brushing your teeth, you're doing something good. Got a leaky toilet? You might be wasting 200 gallons of water a day [Source: EPA]. Try drinking tap water instead of bottled water, so you aren't wasting all that packaging as well. Wash your clothes in cold water when you can.  

    2. Leave your car at home.


    If you can stay off the road just two days a week, you'll reduce greenhouse gas emissions by an average of 1,590 pounds per year [Source: EPA]. Combine your errands -- hit the post office, grocery store and shoe repair place in one trip. It will save you gas and time.

    3. Walk or ride your bike
    to work, school and anywhere you can. You can reduce greenhouse gases while burning some calories and improving your health. If you can't walk or bike, use mass transit or carpool. Every car not on the road makes a difference.

    4. Recycle
    You can help reduce pollution just by putting that soda can in a different bin. If you're trying to choose between two products, pick the one with the least packaging. If an office building of 7,000 workers recycled all of its office paper waste for a year, it would be the equivalent of taking almost 400 cars off the road [Source: EPA].
     
    5. Compost.
    Think about how much trash you make in a year. Reducing the amount of solid waste you produce in a year means taking up less space in landfills, so your tax dollars can work somewhere else. Plus, compost makes a great natural fertilizer. Composting is easier than you think.

    6. Change your light bulbs
    Compact fluorescent light bulbs (CFLs) last 10 times longer than a standard bulb and use at least two-thirds less energy. If you're shopping for new appliances or even home electronics, look for ENERGY STAR products, which have met EPA and U.S. Department of Energy guidelines for energy efficiency. In 2006, the ENERGY STAR program saved energy equivalent to taking 25 million cars off the road and saved Americans $14 billion in utility costs [Source: ENERGY STAR]. (Learn more about proper disposal of CFLs.) 

    7. Make your home more energy efficient (and save money).
    Clean your air filters so your system doesn't have to work overtime. Get a programmable thermostat so you aren't wasting energy when you aren't home. When you go to bed, reduce the thermostat setting -- you won't miss those extra degrees of heat or air conditioning while you're asleep.

    8. Maintain your car.
    Underinflated tires decrease fuel economy by up to three percent and lead to increased pollution and higher greenhouse gas emissions [Source: EPA]. Underinflation also increases tire wear, so it will save you money in the long run if you're good about checking your tire pressure.

    9. Drive smarter
    Slow down -- driving 60 miles per hour instead of 70 mph on the highway will save you up 4 miles per gallon. [Source: Consumer Guide Automotive]. Accelerating and braking too hard can actually reduce your fuel economy, so take it easy on the brakes and gas pedal.

    10. Turn off lights when you're not in the room and unplug appliances when you're not using them. It only takes a second to be environmentally conscious.